Ruang Lingkup Manajemen
Pendahuluan dan Ruang
Lingkup Manajemen
Nama : Imam Darmanto
NPM : 23216457
Kelas :
4EB10
Mata Kuliah : Manajemen Sumber Daya Manusia
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Manajemen sumber daya manusia bukanlah suatu
yang baru dilingkungan suatu organisasi, Khususnya dibidang bisnis. Dimana
sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai
modal non material atau non finansial di dalam organisasi bisnis yang dapat
diwujudkan menjadi potensi nyata real, secara fisik dan non fisik dalam
mewujudkan eksistensi organisasi pada setiap perusahaan, faktor sumber daya
manusia merupakan bagian yang cukup penting dalam mencapai tujuan organisasi,
baik itu perusahaan besar maupun kecil jadi bagaimana pun perusahaan memiliki
peralataan yang modern dengan teknologi tinggi, manusia merupakan faktor
penggerak, tanpa manusia suatu perusahaan tidak akan berfungsi. Tujuan memahami
dan mempelajari manajeman sumber daya manusia sebagai suatu pengetahuan yang
diperlukan untuk memiliki kemampuan analisis dalam menghadapi masalah – masalah
sumber daya manusia khususnya dibidang organisasi, karena setiap organisasi
memiliki tiga komponen pokok yaitu personalia, fungsi dan faktor fisik yang
merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk mewujudkan
produktifitas yang maksimal yang tidak mungkin lepas kaitannya dengan manusia,
dimana hidup manusia dapat tercukup i dengan cara berkerja dan mendapatkan
dengan kemampuan fisik dan skis dan manusia itu sendiri.
Salah satu peran manajer personalia adalah
pengembangan yang berupa peningkatan ketrampilan melalui pengalaman kerja
tenaga kerja guna meningkatakan produktifitas kerja. Hal merupakan suatu
kegiatan yang sangat penting dan akan terus menerus tumbuh karena perkembangan
teknologi. Reorganisasi perkerjaan dan tugas manajemen yang sangat rumit.
Dengan adanya pendidikan dan pengalaman kerja
tersebut maka diharapkan akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas
dan mampu memberikan kontrabusi yang baik dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Melalui pelatihan ini juga perusahaan dapat memiliki karyawan yang memiliki
kompentensi untuk bersaing, terlebih lagi persaingan global dan tuntutan
konsumen yang semakin beragam. Sebagai manifestasi dan fungsi pengembangan
tenaga kerja, sumber daya manusia yang memiliki organisasi harus diberi latihan
pada pendidikan yang terbaik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Manajemen
Suatu Perusahaan yang bernilai tinggi,
memiliki performa manajemen
yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, faktor manajemen merupakan hal
utama yang perlu diperhatikan oleh suatu
perusahaan. Umumnya, divisi-divisi pembagian manajemen dalam suatu
perusahaan meliputi pemasaran, operasional, keuangan dan sumber daya manusia (personalia).
Menurut pendapat Griffin (2003:2), manajemen adalah :
Serangkaian aktifitas (termasuk perencanaan dan
pengambilan keputusan,
pengorganisasian,
kepemimpian, dan pengendalian) yang diarahkan pada
sumber-sumber daya organisasi (manusia, financial, fisik, dan informasi) untuk
mencapai tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien.
Menurut Richard (2004:5) bahwa
:
Management
is defined as the process of administering
and coordinating resources effectively, efficiently, and
in an effort
to achieve the goals of the organization.
Artinya
manajemen sebagai suatu proses dari administrasi dan sumber koordinasi secara
efektif dan efisien di dalam meraih hasil pada sebuah tujuan organisasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pemimpin dan pengendalian upaya anggota
organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya
organisasi secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan dengan baik dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber
daya lainnya.
2.2 Fungsi-fungsi
Manajemen
Fungsi Manajemen adalah
sebagai elemen dasar yang harus melekat dalam manajemen sebagai acuan manajer
(seseorang yang mengelola manajemen) dalam melaksanakan tugas untuk mencapai
tujuan dengan cara merencanakan, mengorganisir, mengordinasi dan mengendalikan.
Mengacu
pada pengertian Manajemen di atas, terdapat 5 fungsi utama manajemen dalam
bisnis, yaitu:
1. Perencanaan
(Planning)
Perencanaan
adalah yang paling penting dalam sebuah manajemen bisnis. Seorang manajer yang
mengelola manajemen dalam perusahaan atau bisnis akan merencanakan dan
mengevaluasi setiap tindakan yang sudah dan yang belum ditindaklanjuti dalam
bisnis.
Perencanaan
penting untuk menentukan secara keseluruhan tujuan perusahaan dan upaya untuk
memenuhi tujuan tersebut. Manajer selalu bertindak sebagai seseorang yang
mencari alternatif dalam mencapai tujuan akhir, mencakup rencana jangka pendek,
menengah maupun jangka panjang.
Tanpa
perencanaan yang tepat dalam bisnis yang sedang berkembang bisa membuat bisnis
tidak berjalan sesuai dengan jalurnya. Penyimpangan ini bisa berakibat pada
ketidakteraturan hingga kebangkrutan.
2. Pengorganisasian
(Organizing)
Fungsi
manajemen dalam bisnis yang kedua adalah sebagai pengorganisasian dengan
membagi kegiatan besar menjadi beberapa kegiatan kecil atau serangkaian
kegiatan. Tujuannya adalah untuk mempermudah manajer melakukan pengawasan yang
lebih efektif dan menentukan sumber daya yang dibutuhkan untuk setiap
kegiatan yang sudah dibagi menjadi lebih efisien.
Pengorganisasian
secara lebih gampang dapat dilaksanakan dengan menentukan apa tugas yang
dikerjakan, siapa yang mengerjakan dan bagaimana harus dikerjakan. Hal ini bertujuan
untuk mencapai tujuan bisnis melalui proses yang lebih terstruktur atau
terorganisasi.
3. Penempatan
(Staffing)
Mirip
dengan organizing, namun penggunaannya lebih luas. Bila organizing lebih
memperhatikan manajemen sumber daya manusia, maka
staffing lebih memperhatikan sumber daya secara umum. Beberapa sumber daya
tersebut diantaranya; peralatan, perlengkapan, dan inventaris yang ada pada
sebuah organisasi.
4. Pengarahan
(Directing)
Fungsi
manajamen dalam bisnis yang terakhir adalah sebagai suatu tindakan yang
mengupayakan agar setiap anggota bisnis atau kelompok mampu mencapai sasaran
dan target sesuai prosedur manajerial yang sudah direncanakan. Seorang manajer
akan melakukan pengarahan jikalau terjadi masalah atau jika apa yang dikerjakan
tidak sesuai dengan yang direncanakan.
Karena
tidak semua hal yang direncanakan dalam bisnis bisa diwujudkan secara nyata
dalam tindakan, mengingat banyak kejadian yang tidak bisa terduga sebelumnya.
Sehingga disinilah fungsi manajemen sebagai pengarahan agar apa yang dikerjakan
sumber daya masih berada pada jalur yang semestinya.
5. Pengawasan
(Controlling)
Dari
serangkaian rencana dan tindakan yang sudah dijalankan, perlu adanya pengawasan
atau controlling. Fungsi manajemen bisnis dalam hal ini adalah
melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap kinerja sumber daya perusahaan.
Manajer
secara aktif akan melakukan pengawasan terhadap sumber daya yang sudah
diorganisasi sebelumnya dan memastikan apa yang dikerjakan sesuai dengan yang
direncanakan. Adanya kesalahan atau penyimpangan dalam menjalankan tugas dapat
dikoreksi untuk menjadi pembelajaran pada perencanaan tahap berikutnya.
Klasifikasi
dari masing-masing sumber daya juga penting untuk menjadi bahan klasifikasi
supaya tidak menimbulkan dominansi dari manajer saja. Bisnis yang baik adalah
bisnis yang anggotanya mampu bekerjasama sacara tim dan berjalan secara
simultan. Beberapa hal yang harus terpenuhi untuk melakukan pengawasan yaitu:
a. Jalur
(routing): manajer harus menetapkan jalur untuk memperkecil resiko
kesalahan yang terjadi
b. Penetapan
waktu (scheduling): manajer harus memiliki waktu rutin untuk melakukan pengawasan,
misalnya saja satu bulan satu kali atau dua kali
c. Perintah
pelaksanaan (dispatching): manajer memiliki sikap untuk mendorong dan
memerintah agar setiap sumber daya menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu
yang sudah ditentukan
d. Tindak
lanjut (follow up): manajer melakukan evaluasi dan memberikan solusi dari
segala yang permasalahan yang terjadi selama proses mencapai tujuan untuk
meminimalisisr terjadinya kesalahan yang sama.
2.3 Pengertian
Sumber Daya Manusia
Beberapa ahli telah
merumuskan arti dari sumber daya manusia (SDM) yaitu sebagai berikut:
1. Sonny
Sumarsono
Sonny
Sumarsono (2003) mengartikan bahwa sumber daya manusia mempuyai beberapa
pengertian yaitu sumber daya manusia adalah usaha kerja yang bermanfaat
bagi keberlangsungan produksi. Sedangkan makna yang kedua, sumber daya manusia
merupakan kelompok manusia yang terdiri dari manusia yang memiliki kemampuan
untuk memberikan jasa.
2. M.T.E
Hariandja
Sumber
daya manusia oleh Hariandja dimaknai sebagai salah satu faktor penting bagi
sebuah perusahaan selain faktor modal. Faktor sumber daya manusia ini dianggap penting karena
membutuhkan pengelolaan yang baik dalam rangka peningkatan mutu organisasi
maupun perusahaan.
3. Mathis
dan Jackson
Menurut
Mathis dan Jackson (2006), sumber daya manusia merupakan suatu rancangan berbagai
sistem formal dalam perusahaan maupun organisasi yang berfungsi untuk menjaga
agar penggunaan bakat dan minat manusia dapat digunakan untuk mencapai tujuan
organisasi atau perusahaan tersebut secara efektif dan efisien.
4. Hasibuan
Sumber
daya manusia menurut Hasibuan adalah manusia yang mempunyai kemampuan terpadu
yang dicirikan dengan pola pikir dan daya fisik yang baik. Perilaku dan watak sumber daya manusia berasal dari lingkungannya
sedangkan prestasi dan motivasi kerja berasal dari keinginan dirinya sendiri.
5. Ermaya
Pengertian
sumber daya manusia menurut Ermaya adalah suatu faktor utama yang penting dalam
tiap proses pembangunan negara, perusahaan, maupun organisasi. Di dalam
pembangunan ini sumber daya manusia memberi pengaruh yang bermanfaat
sehingga harus diatur dan dijaga. Peran yang dimiliki sumber daya manusia ada dua
yaitu sebagai objek serta subjek dari proses pembangunan.
6. Abdurrahmant
Fathoni
Abdurrahmant
Fathoni mengartikan sumber daya manusia sebagai kekayaan atau modal suatu
negara yang penting bagi segala aktivitas manusia sehingga mencapai tujuan yang
ingin dicapai. Untuk itu, diperlukan analisis pengembangan dengan metode yang
sesuai dengan memperhatikan beberapa unsur seperti waktu, skill (kemampuan), dan daya yang dimiliki oleh setiap
manusia.
7. Gouzali
Syadam
Gouzali
Syadam mengartikan sumber daya manusia sebagai human resource yang merupakan
sumber utama dalam proses kegiatan di lingkungan sekitar. Beberapa ahli
menyampaikan bahwa sumber daya manusia adalah sekelompok tenaga kerja yang
memberikan daya dan upayanya kepada sebuah organisasi maupun perusahaan secara
luas.
Begitu
banyak pengertian sumber daya manusia yang dibuat oleh parah
ahli baik dari kalangan politisi, ekonom, dan sebagainya. sumber daya manusia
memiliki peranan dalam suatu pengembangan, pembangunan, maupun proses yang
lain.
2.4 Fungsi-fungsi
Operasional SDM
Secara
umum, fungsi-fungsi operasional sumber daya manusia mencakup pengadaa,
pengembangan, perencanaan dan pengembangan karier, penilaian prestasi kerja,
kompensasi (kompensasi langsung dan tidak langsung), keselamatan dan kesehatan
kerja dan putusan hubungan kerja (PHK).
1. Pengadaan
Tenaga Kerja
Fungsi
Pengadaan tenaga kerja merupakan fungsi yang pertama dari fungsi manajemen.
Sasaran pengadaan adalah untuk memperoleh sumber daya manusia dalam jumlah dan
kualifikasi SDM yang tepat bagi organisasi. Pengadaan yang berhasil akan
menghasilkan penerimaan organisasi atas seseorang, yang merasakan pekerjaannya.
Pengadaan tenaga kerja terdiri atas analisis pekerjaan, perencanaan
tenaga kerja, penarikan dan seleksi.
a. Analisis
Pekerjaan
Analisis
pekerjaan merupakan suatu proses penyelidikan yang sistematis untuk memahami
tugas-tugas, ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melaksnakan
pekerjaan dalam sebuah organisasi.
b. Perencanaan
Tenaga Kerja
Perencanaan
tenaga kerja adalah suatu proses penyediaan tenaga kerja dalam kuantitas dan
kualitas yang diperlukan oleh sebuah organisasi pada waktu yang tepat.
c. Penarikan
tenaga kerja
Penarikan
tenaga kerja merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk memperoleh sejumlah
calon karyawan yang memenuhi persyaratan (berkualitas). Proses ini diawali
dengan pemahaman akan adanya lowongan, tugas-tugas yang dikerjakan, kualifikasi
dan system kompensasi yang berlaku, sehingga adalah wajar jika proses ini merupakan
langkah-langkah dari analisis pekerjaan dan perencanaan tenaga kerja maupun
langkah-langkah yang diperlukan dalam penetapan sistem kompensasi, seperti
evaluasi pekerjaan dan survei upah dan gaji.
d. Seleksi
Tujuan
seleksi adalah untuk mendapatkan tenaga kerja yang memenuhi syarat atau
mempunyai kualifikasi sebagaimana tercantum dalam spesifikasi pekerjaan. Proses
penarikan dan seleksi karyawan bertujuan untuk mendapatkan karyawan yang dapat
membantu tercapainya tujuan perusahaan, atau usaha untuk memperoleh jumlah
tenaga kerja karyawan yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Pengembangan
Karyawan
Pengembangan
karyawan dapat dilakukan melalui orientasi, pelatihan dan pendidikan. Pada
hakekatnya yang ditujukan untuk menyesuaikan persyaratan atau kualifikasi yang
dibutuhkan untuk untuk melaksanakan pekerjaannya (sekarang atau pada masa
mendatang) dengan kualifikasi yang dimiliki karyawan sekarang.
a. Orientasi
Orientasi
dapat hanya berupa pengenalan sederhana dengan karyawan lama atau dapat
merupakan proses panjang, yang meliputi pemberian informasi mengenai
kebijaksanaan-kebijaksanaan personalia (kondisi kerja, upah dan jaminan
social), prosedur kerja, gambaran umum/sejarah, sifat perusahaan dan
manfaat-manfaat yang diperoleh karyawan baru. Dengan kata lain, tahap
orientasi merupakan kegiatan pengenalan dan penyesuaian karyawan baru dengan
organisasi. Proses ini penting karena pekerjaan baru terasa sulit dan dapat
menyebabkan frustasi bagi karyawan. Proses orientasi perlu dilakukan dengan
hati-hati dan bijaksana.
b. Pelatihan
Suatu usaha untuk
meningkatkan ketrampilan karyawan untuk melakukan pekerjaan tertentu. Pelatihan
diberikan kepada karyawan yang baru diterima guna memperkenalkan tugas yang
akan dikerjakan, kewajiban didalam melaksanakan suatu pekerjaan tertentu.
c. Pendidikan
Suatu
usaha untuk meningkatkan pengetahuan atau pemahaman tentang suatu pekerjaan.
Konsep ini biasa dikenal sebagai pengembangan.
2.5 Variabel-Variabel
Lain Yang Mempengaruhi Keberhasilan Organisasi
Dari
uraian di atas dapat diketahui selain keadilan dalam mengelola SDM keberhasilan
organisasi juga di pengaruhi oleh karakteristik organisasi, karakteristik
pekerjaan, karakteristik individu, sikap dan perilaku karyawan, secara langsung
maupun tidak langsung
1. Karakteristik
individu
karakter individu terdiri
atas jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur, masa kerja, status perkawinan,,
jumlah tanggungan, dan posisi, peneliti peneliti dalam bidang manajemen
SDM dan perilaku organisasi banyak melakukan penelitian tentang hubungan
karakteristik individu dengan sikap dan perilaku karyawan
(panggabean,2001;2002)
2. Karekteristik
organisasi
Karakteristik organisasi
meliputi kompleksitas , formalisasi ,dan sentralisasi kompleksitas mencerminkan
jumlah unit yang ada dalam organisasi formalisasi merujuk kepada banyaknya
pelaksanaan tugas yang bersandarkan kepada peraturan , sedangkan
sentralisasi di definisikan sebagai siapa yang dapat mengambil
keputusan (pemimpin atau pelaksana) sentralisasi ada jika keputusan di tangan
pemimpin, sebaliknya akan di katakana ada desentralisasi jika jawaban tentang
apa, bagaimana, kapan, dan dengan siapa pekerjaan akan dilaksanakan diputuskan
oleh pelaksana semakin banyak pertanyaan itu dapat di jawab sendiri oleh
pelaksana maka semakin dapat dikatakan ada desentralisasi, bagaiman pengaruh
karakteristik organisasi terhadap sikap dan perilaku karyawan banyak di lakukan
oleh para peneliti di bidang teori organisasi dan perilaku organisasi (Melcher
1976)
3. Karakteristik
pekerjaan
Karakteristik pekerjaan
terdiri atas keanekaragaman tugas, identitas tugas, keberartian tugas otonomi
dan umpan balik berbagai penelitian dalam bidang manajemen SDM dan
perilaku organisasi banyak meneliti hubungan antara karakteristik tugas
dan perilaku berikut di bahas pengertian dari masing masing konsep
a. Keanekaragaman
tugas
Merujuk kepada adanya
kemungkinan bagi karyawan untuk melaksanakan kegiatan , prosedur, dan bahkan
peralatan yang berbeda pekerjaan yang beraneka ragam biasanya di pandang
sebagai pekerjaan yang menantang karena mereka menggunakan keterampilan
yang mereka milik.
b. Identitas
tugas
Memungkinkan karyawan
mengerjakan sebuah pekerjaan secara menyeluruh sanagt terspesialisasi cenderung
menciptakan tugas yang rutin dan mengakibatkan seseorang hanya
mengerjakan satu bagian saja dari keseluruhan pekerjaan , hal ini menimbulkan
adanya perasaan tidak melakukan apa apa oleh karena itu dengan memperluas
tugas tugas yang dapat meningkatkan perasaan mangerjakan seluruh pekerjaan
berarti meningkatkan identitas tugas.
c. Keberartian
tugas
Merujuk kepada besarnya
pengaruh dari pekerjaan yang di lakukan seseorang terhadap pekerjaan orang
lain. Sangat penting bagi seseorang untuk mempunyai perasaan melakukan
pekerjaan yang sangat berarti bagi perusahaan maupun masyarakat untuk itu
adalah penting apabila pemimpin memberitahukan di depan orang lain bahwa
pekerjaannya sangat berarti bagi perusahaan.d.
d. Otonomi
Merujuk kepada adanya ide
bahwa karyawan dapat mengendalikan sendiri tugas tugasnya hal ini penting
untuk menimbulkan rasa tanggung jawab .cara yang umum di pakai adalah melalui
manajemen berdasarkan sasaran.karena dengan cara ini karyawan memiliki kesempatan
untuk menentukan sendiri tujuan pribadi dan tujaun kerjanya.
e. Umpan
balik
Merujuk kepada informasi
yang diterima oleh pekerja tentang seberapa baiknya ia melaksanakan tugasnya .
penelitian tentang hubungan karakteristik pekerjaan dengan sikap dan perilaku
organisasi banyak dilakukan oleh peneliti di bidang MSDM dan perilaku
organisasi.
2.6 Sikap
Kerja
Manajemen
Sumber Daya manusia. Didalam kamus bahasa Indonesia menjelaskan sikap
adalah perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pendirian (Wjs.
Poerwadarminta,2002:944).
Sedangkan
kerja adalah melakukan sesuatu (Wjs. Poerwadarminta, 2002:492). Menurut
pengertian dari Agus Maulana, sikap kerja karyawan adalah cara kerja karyawan
didalam mengkomunikasikan suasana karyawan kepada pimpinan ataupun perusahaan.
Karyawan merasakan adanya kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang
dilakukan.
Loyal
adalah patuh, setia (Wjs. Poerwadarminta, 2002:609). Dari pengertian diatas,
kesimpulannya adalah suatu kecenderungan karyawan untuk pindah ke perusahaan
lain. Apabila karyawan bekerja pada suatu perusahaan, dan perusahaan tersebut
telah memberikan fasilitas – fasilitas yang memadai dan diterima oleh
karyawannya, maka kesetiaan karyawan terhadap perusahaan akan semakin besar,
maka timbul dorongan yang menyebabkan karyawan melakukan pekerjaan menjadi
lebih giat lagi.
Fasilitas
– fasilitas yang diterima oleh karyawan sehingga karyawan mau bekerja sebaik
mungkin dan tetap loyal pada perusahaan, hendaknya perusahaan memberikan
imbalan yang sesuai kepada karyawannya. Semua itu tergantung pada situasi dan
kondisi perusahaan tersebut serta tujuan yang ingin dicapai.
Untuk
itu perusahaan mengemukakan beberapa cara:
1. Gaji
yang cukup
2. Memberikan
kebutuhan rohani.
3. Sesekali
perlu menciptakan suasana santai.
4. Menempatkan
karyawan pada posisi yang tepat.
5. Memberikan
kesempatan pada karyawan untuk maju.
6. Memperhatikan
rasa aman untuk menghadapi masa depan.
7. Mengusahakan
karyawan untuk mempunyai loyalitas.
8. Sesekali
mengajak karyawan berunding.
9. Memberikan
fasilitas yang menyenangkan. (Nitisemito, 1991:167)
Sebab
– sebab turunnya loyalitas dan sikap kerja itu dikarenakan banyak sebab
misalnya, upah yang mereka terima tidak sesuai dengan pekerjaannya, tidak
cocoknya dengan gaya perilaku pemimpin, lingkungan kerja yang buruk dan
sebagainya. Untuk memecahkan persoalan tersebut, maka perusahaan harus dapat
menemukan penyebab dari turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan itu
disebabkan pada prinsipnya turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan itu
disebabkan oleh ketidakpuasan para karyawan. Adapun sumber ketidakpuasan bisa
bersifat material dan non material yang bersifat material antara lain:
rendahnya upah yang diterima, fasilitas minimum. Sedangkan yang non material
antara lain: penghargaan sebagai manusia, kebutuhan – kebutuhan yang berpartisipasi dan sebagainya (S. Alex Nitisemito, 1991:167).
antara lain: penghargaan sebagai manusia, kebutuhan – kebutuhan yang berpartisipasi dan sebagainya (S. Alex Nitisemito, 1991:167).
Indikasi
– indikasi turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawanantara lain
1. Turun/
rendahnya produktivitas kerja.
Turunnya produktivitas
kerja ini dapat diukur atau diperbandingkan dengan waktu sebelumnya.
Produktivitas kerja yang turun ini dapat terjadi karena kemalasan atau
penundaan kerja.
2. Tingkat
absensi yang naik.
Pada umumnya bila loyalitas
dan sikap kerja karyawan turun, maka karyawan akan malas untuk datang bekerja
setiap hari. Bila ada gejala – gejala absensi naik maka perlu segera dilakukan
penelitian.
3. Tingkat
perpindahan buruh yang tinggi.
Keluar masuknya karyawan
yang meningkat tersebut terutama adalah karena tidak senangnya para karyawan
bekerja pada perusahaan. Untuk itu mereka berusaha mencari pekerjaan lain yang
dianggap sesuai. Tingkat perpindahan buruh yang tinggi selain dapat menurunkan
produktivitas kerja, juga dapat mempengaruhi kelangsungan jalannya perusahaan.
4. Kegelisahan
dimana – mana.
Loyalitas dan sikap kerja
karyawan yang menurun dapat menimbulkan kegelisahan sebagai seorang pemimpin
harus mengetahui bahwa adanya kegelisahan itu dapat terwujud dalam bentuk
ketidak terangan dalam bekerja, keluh kesah serta hal – hal yang lain.
5. Tuntutan
yang sering terjadi.
Tuntutan yang sebetulnya
merupakan perwujudan dan ketidakpuasan, dimana pada tahap tertentu akan
menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan.
6. Pemogokan.
Tingkat indikasi yang
paling kuat tentang turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan adalah
pemogokan. Biasanya suatu perusahaan yang karyawannya sudah tidak merasa tahan
lagi hingga memuncak, maka hal itu akan menimbulkan suatu tuntutan, dan
bilamana tuntutan tersebut tidak berhasil, maka pada umumnya para karyawan
melakukan pemogokan kerja. (S. Alex Nitisemito,1991:163 – 166).
Pada kategori usia para karyawan yang berbeda menunjukkan aksentuasi loyalitas yang berbeda pula seperti uang diuraikan berikut ini:
1.
Angkatan kerja yang usianya di atas lima puluh tahun menunjukkan loyalitas yang
tinggi pada organisasi. Mungkin alasan – alasan yang menonjol ialah bahwa
mereka sudah mapan dalam kekaryaannya, penghasilan yang memadai, memungkinkan
mereka menikmati taraf hidup yang dipandangnya layak. Banyak teman dalam
organisasi, pola karirnya jelas, tidak ingin pindah, sudah “terlambat” memulai
karier kedua, dan dalam waktu yang tidak terlalu lama akan memasuki usia
pensiun. Seperti yang terdapat dalam perusahaan UD. DUTA RASA, dalam perusahaan
ini ada beberapa karyawan tetapnya adalah karyawan dengan umur sekitar 50an dan
sudah bekerja cukup lama dalam perusahaan sedangkan para karyawan kontraknya
adalah karyawan yang masih muda.
2.
Tenaga kerja yang berada pada kategori usia empat puluhan menunjukkan loyalitas
pada karir dan jenis profesi yang selama ini ditekuninya. Misalnya, seseorang
yang menekuni karir di bidang keuangan akan cenderung “ bertahan” pada bidang
tersebut meskipun tidak berarti menekuninya hanya dalam organisasi yang sama.
Karena itu pindah ke profesi lain, tetapi bergerak di bidang yang sama,
bukanlah merupakan hal yang aneh. Barangkali alasan pokoknya terletak pada
hasrat untuk benar – benar mendalami bidang tertentu itu karena latar belakang
pendidikan dan pelatihan yang pernah ditempuh, bakat, minat, dan pengalaman
yang memungkinkannya menampilkan kinerja yang memuaskan yang pada gilirannya
membuka peluang untuk promosi, menambah penghasilan, dan meniti karir secara
mantap.
3.
Tenaga kerja dalam kategori 30 – 40 tahun menunjukkan bahwa loyalitasnya
tertuju pada diri sendiri. Hal ini dapat dipahami karena tenaga kerja dalam
kategori ini masih terdorong kuat untuk memantapkan keberadaannya, kalau perlu
berpindah dari satu organisasi ke organisasi lain dan bahkan mungkin juga dari
satu profesi ke profesi lain. Di samping itu pula didukung oleh tingkat
kebutuhan yang semakin lama semakin meningkat tetapi tidak diimbangi dengan
pemasukan yang cukup sehingga banyak para pekerja yang mencari pekerjaan lain
yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari.
4.
Bagi mereka yang lebih muda dari itu, makna loyalitas belum diserapi dan
kecenderungan mereka masih lebih mengarah kepada gaya hidup santai, apabila
mungkin disertai dengan kesempatan “berhura – hura” Pada kenyataan sehari –
hari banyak sekali terjadi kecurangan – kecurangan yang dilakukan oleh para
karyawan yang umumnya mempunyai umur relatif muda hal itu juga dipicu oleh
tingkat angan – angan yang tinggi, tetapi tidak diiringi oleh tingkat kerajinan
yang tinggi dari dalam dirinya sendiri, oleh karena itu tingkat penganggguran
semakin lama semakin meningkat (S. Alex Nitisemito, 1991:170-171).
2.7 Perilaku Karyawan
Berdasar fitrahnya setiap
manusia dilahirkan sebagai orang bersih. Dia ingin berbuat yang
terbaik bagi dirinya dan juga untuk orang lain serta lingkungannya. Dalam
prosesnya, disamping karena faktor diri sendiri (internal) maka faktor
eksternal sangat mempengaruhi pembentukan perilaku
seseorang: Ada manusia yang berperilaku baik dan ada yang
buruk; Ada yang rendah hati dan ada yang tinggi hati; Ada yang
introvert dan ada yang ekstrovert. Begitu juga dalam nuansa sebagai
pekerja: Ada yang malas dan ada yang rajin; Ada yang produktif dan ada yang
tidak produktif; Ada yang senang pada tantangan kerja dan ada yang menjauhi
tantangan kerja; Ada yang memiliki ambisi pribadi yang kuat dan ada yang lemah.
Pertanyaannya
adalah mengapa terjadi keragaman perilaku manusia khususnya di
kalangan
karyawan?
Kenyataan
empiris dan praktis menunjukkan bahwa perilaku seseorang, misalnya dalam
pekerjaan yakni produktivitas kerja, dipengaruhi oleh
faktor intrinsik dan ekstrinsik seperti digambarkan dalam
formula persamaan berikut:
Y (perilaku)
= f ( Xi, Xe ); ceteris paribus.
1. Unsur
intrinsik (Xi) antara lain:
a. Tingkat
pendidikan
Tingkat pendidikan
seseorang dapat dilihat dari penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan
dalam penguasaan bidang ilmu tertentu. Dalam hal ini kecerdasan intelektualnya
(misalnya dalam hal menggunakan rumus-rumus matematika) akan diikuti oleh sikap
menghadapi permasalahan dan keterampilan menganalisis, dan mencari alternatif
pendekatan masalah. Semakin tinggi penguasaan derajad intelektualitasnya maka
semakin terbuka kemampuannya untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.
b. Tingkat
pengetahuan
Tingkat pengetahuan
seseorang terkait dengan kompetensi dalam pekerjaannya. Pengetahuan yang
dikuasai tidak terbatas pada bidang ilmu-ilmu “keras” tetapi juga “lunak”
misalnya pengetahuan tentang komunikasi, inisiatif, kreativitas, dan konflik.
Selain itu, penguasaan pengetahuan tentang emosional dan spiritual dinilai
penting. Semakin tinggi tingkat pemahaman seseorang (terhadap
ilmu-ilmu keras dan lunak) maka semakin tinggi daya
inovatif dan produktifitas kerjanya.
c. Tingkat
ketrampilan
Tingkat keterampilan
terkait dengan penguasaan penerapan ilmu dan pengetahuan dan teknologi yang
dimiliki seseorang yang dipraktekkan dalam pekerjaannya. Sama halnya dengan
tingkat pengetahuan maka penguasaan segi praktis di dalam menerapkan ilmu-ilmu
keras dan lunak dalam dunia nyata akan membantu seseorang untuk mampu
meningkatkan produktivitas kerjanya. Misalnya, seseorang yang memiliki
kemampuan berkomunikasi untuk mengatasi konflik (horisontal dan vertikal)
dengan orang lain, biasanya dapat diterima secara sosial. Dengan
kata lain dia memperoleh pengakuan sosial dan menjadi pendorong baginya untuk
meningkatkan kinerjanya.
d. Sikap-motivasi
terhadap kerja
Sikap-motivasi seorang
karyawan terhadap pekerjaannya berpengaruh terhadap kinerja yang dicapainya.
Makin tinggi penghargaan dan dorongan seseorang terhadap pelaksanaan
pekerjaanya semakin tinggi kinerjanya. Dorongan ini dapat terjadi karena adanya
unsur sudut pandang yang positif terhadap pekerjaan, dorongan untuk mencari
nafkah dan karir, dan dorongan untuk memperoleh pengakuan sosial
dan pencapaian harga diri serta aktualisasi diri.
e. Tingkat
pengalaman kerja
Pengalaman seseorang dalam
bekerja merupakan akumulasi dari keberhasilan dan kegagalan serta gabungan dari
kekuatan dan kelemahan di dalam melaksanakan pekerjaannya. Dari pengalaman
tersebut, seseorang memperoleh pembelajaran untuk berperilaku yang lebih baik.
Dengan demikian, pengalaman kerja merupakan kondisi yang digunakan oleh
seseorang di dalam proses umpanbalik untuk meningkatkan mutu perencanaan,
pelaksanaan dan hasil pekerjaannya. Hipotesisnya adalah semakin banyak
pengalaman kerja sesorang maka semakin tinggi pengetahuan, sikap dan
keterampilannya dalam bekerja yang pada gilirannya akn mampu meningkatkan
produktivitas kerjanya.
2. Unsur
ekstrinsik (Xe), antara lain mencakup unsur:
a. Lingkungan
keluarga
Lingkungan keluarga yang
dimaksud disini adalah sikap dan motivasi anggota suatu keluarga di dalam
memandang makna suatu pekerjaan. Interaksi dalam bentuk sosialisasi keluarga
yang intensif terhadap makna pekerjaan akan membantu setiap anggota keluarga untuk
mengoptimumkan SDM (human capital) dalam bersaing memperoleh atau
menciptakan lapangan kerja. Selain itu, lingkungan keluarga yang kondusif akan
mampu meningkatkan kinerja anggota keluarganya.
b. Lingkungan
sosial-budaya
Lingkungan sosial budaya,
seperti tingginya aspek kedisiplinan sosial, tanggung jawab sosial dan sistem
nilai tentang pekerjaan akan mendorong seseorang untuk terlibat aktif dalam
meningkatkan kinerjanya. Termasuk di dalamnya adalah memandang mutu SDM sebagai
salah satu budaya dan sekaligus kebutuhan setiap individu masyarakat.
Produktivitas sudah dipandang sebagai produk budaya untuk meningkatkan
martabat di antara warganya.
c. Lingkungan ekonomi
Lingkungan ekonomi antara
lain dicirikan oleh pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, derajad
kemiskinan, penguasaan aset produksi, dan pendapatan perkapita. Misalnya
pendapatan perkapita dan kemiskinan yang di bawah standar hidup layak akan
mengakibatkan peluang penduduk untuk meraih tingkat pendidikan yang tinggi dan
kesehatan yang purna menjadi semakin sulit dicapai. Kondisi ini akan
mempengaruhi kinerja seseorang dalam bekerja yakni produktivitas di bawah
standar.
d. Lingkungan
belajar
Lingkungan belajar dapat
dilihat dari perilaku masyarakat dalam hal mengikuti pendidikan dan pelatihan.
Apakah masyarakat menyadari pembelajaran sudah menjadi kebutuhan
dirinya dalam pengembangan energi sosialnya?. Selain itu lingkungan belajar
dicirikan pula oleh ketersediaan fasilitas belajar, jumlah dan mutu instruktur,
serta metode pembelajaran. Lingkungan belajar yang semakin baik mendorong
masyarakat untuk meningkatkan kualitas belajarnya sehingga akan meningkatkan
pengetahuan, sikap, keterampilan serta produktivitas kerjanya.
e. Lingkungan
kerja termasuk budaya kerja
Lingkungan kerja dibatasi
pada tempat dimana seseorang bekerja. Suasana kerja dicirikan oleh aspek-aspek
budaya produktif, kepemimpinan, hubungan karyawan dengan sesama rekan dan
atasan, manajemen kinerja, manajemen karir, manajemen pendidikan dan pelatihan,
dan manajemen kompensasi. Beragam aspek lingkungan tersebut sangat mempengaruhi
motivasi, kepuasan dan kinerja kerja para karyawan.
f. Teknologi
Teknologi yang dimaksud
disini dapat berupa teknologi lunak (intangible) dan teknologi keras
(tangible). Teknologi lunak berupa metode, teknik dan prosedur kerja. Sementara
teknologi keras berupa mesin-mesin atau alat-alat produksi. Dua
perangkat teknologi ini memiliki posisi sebagai unsur bantu atau instrumen dari
suatu proses produksi agar karyawan dapat meningkatkan produktivitasnya.
Ukurannya adalah efektivitas dan efisiensi. Semakin tinggi
kualitas atau efisiensi teknologi yang digunakan maka semakin tinggi
pula produktivitas kerja karyawan. Untuk itu dibutuhkan penguasaan pengetahuan
dan keterampilan mengoperasikan dan memelihara teknologi yang dipakai.
2.8 Semangat
Kerja
Hasley
(2001) menyatakan bahwa semangat kerja atau moral kerja itu adalah sikap
kesediaan perasaan yang memungkinkan seorang karyawan untuk menghasilkan kerja
yang lebih banyak dan lebih tanpa menambah keletihan, yang menyebabkan karyawan
dengan antusias ikut serta dalam kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha kelompok
sekerjanya, dan membuat karyawan tidak mudah kena pengaruh dari luar, terutama
dari orang-orang yang mendasarkan sasaran mereka itu atas tanggapan bahwa
satu-satunya kepentingan pemimpin perusahaan itu terhadap dirinya untuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya darinya dan memberi sedikit
mungkin. Sedangkan Siswanto (2000, p.35), mendefinisikan semangat kerja sebagai
keadaan psikologis seseorang. Semangat kerja dianggap sebagai keadaan psikologis
yang baik bila semangat kerja tersebut menimbulkan kesenangan yang mendorong
seseorang untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan oleh perusahaan. Menurut Nitisemito (2002, p.56), definisi dari
semangat kerja adalah kondisi seseorang yang menunjang dirinya untuk melakukan
pekerjaan lebih cepat dan lebih baik di dalam sebuah perusahaan.
Aspek-aspek
semangat kerja perlu untuk dipelajari karena aspek-aspek ini mengukur
tinggi-rendahnya semangat kerja. Menurut Maier (1999, p.180), seseorang yang
memiliki semangat kerja tinggi mempunyai alasan tersendiri untuk bekerja yaitu
benar-benar menginginkannya. Hal ini mengakibatkan orang tersebut memiliki
kegairahan kualitas bertahan dalam menghadapi kesulitan untuk melawan frustasi,
dan untuk memiliki semangat berkelompok.
Menurut
Maier (1999, p.184), ada empat aspek yang menunjukkan seseorang mempunyai
semangat kerja yang tinggi, yaitu:
1. Kegairahan
Seseorang yang memiliki kegairahan dalam bekerja berarti juga memiliki motivasi dan dorongan bekerja. Motivasi tersebut akan terbentuk bila seseorang memiliki keinginan atau minat dalam mengerjakan pekerjaannya. Yang lebih dipentingkan oleh karyawan adalah seharusnya bekerja untuk organisasi bukan lebih mementingkan pada apa yang mereka dapat. Seseorang akan dikatakan memiliki semangat kerja buruk apabila lebih mementingkan gaji daripada bekerja. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa seseorang dengan gaji yang tinggi masih juga berkeinginan untuk pindah bekerja di tempat lain. Seseorang yang benar-benar ingin bekerja, akan bekerja dengan baik meskipun tanpa pengawasan dari atasannya dan juga mereka akan bekerja bukan karena perasaan takut tetapi lebih pada dorongan dari dalam dirinya untuk kerja yang tinggi akan menganggap bekerja sebagai sesuatu hal yang menyenangkan bukan hal yang menyengsarakan.
Seseorang yang memiliki kegairahan dalam bekerja berarti juga memiliki motivasi dan dorongan bekerja. Motivasi tersebut akan terbentuk bila seseorang memiliki keinginan atau minat dalam mengerjakan pekerjaannya. Yang lebih dipentingkan oleh karyawan adalah seharusnya bekerja untuk organisasi bukan lebih mementingkan pada apa yang mereka dapat. Seseorang akan dikatakan memiliki semangat kerja buruk apabila lebih mementingkan gaji daripada bekerja. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa seseorang dengan gaji yang tinggi masih juga berkeinginan untuk pindah bekerja di tempat lain. Seseorang yang benar-benar ingin bekerja, akan bekerja dengan baik meskipun tanpa pengawasan dari atasannya dan juga mereka akan bekerja bukan karena perasaan takut tetapi lebih pada dorongan dari dalam dirinya untuk kerja yang tinggi akan menganggap bekerja sebagai sesuatu hal yang menyenangkan bukan hal yang menyengsarakan.
2. Kekuatan
untuk melawan frustasi
Aspek ini menunjukkan
adanya kekuatan seseorang untuk selalu konstruktif walaupun sedang mengalami
kegagalan yang ditemuinya dalam bekerja. Seseorang yang memiliki semangat kerja
yang tinggi tentunya tidak akan memilih sikap yang pesimis apabila menemui
kesulitan dalam pekerjaannya. Adanya semangat kerja yang tinggi ditimbulkan
karena adanya kesempatan yang diberikan oleh perusahaan untuk mendapatkan ijin
ketika menderita sakit.
Kualitas untuk bertahan
3. Aspek
ini tidak langsung menyatakan seseorang yang mempunyai semangat kerja yang
tinggi maka tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran di dalam
pekerjaannya. Ini berarti adanya ketekunan dan keyakinan penuh dalam dirinya.
Gaji ataupun insentif yang tinggi yang diberikan oleh perusahaan mampu
meningkatkan semangat kerja karyawan, dan berpikir panjang jika ingin keluar
dari perusahaan. Tunjangan serta fasilitas yang diberikan oleh perusahaan mampu
merangsang semangat kerja karyawan untuk bekerja dengan sungguh-sungguh.
Keyakinan ini menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai energi dan kepercayaan
untuk memandang masa yang akan datang dengan baik, hal inilah yang meningkatkan
kualitas untuk bertahan. Ketekunan mencerminkan seseorang memiliki kesungguhan
dalam bekerja. Sehingga tidak menganggap bahwa bekerja bukan hanya menghabiskan
waktu saja, melainkan sesuatu yang penting.
4. Semangat
kelompok
Semangat kelompok
menggambarkan hubungan antar karyawan. Dengan adanya semangat kerja maka
karyawan akan saling bekerja sama, tolong-menolong, dan tidak saling bersaing
untuk menjatuhkan. Semangat kerja menunjukkan adanya kesediaan untuk bekerja
sama dengan orang lain agar orang lain dapat mencapai tujuan bersama.
Lingkungan kerja yang baik, menciptakan suasana kerja yang baik pula,
kebersamaan diantara karyawan dengan membagi pekerjaan secara adil mampu
meningkatkan semangat kerja bagi karyawan itu sendiri
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manajemen
Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah suatu
process perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalianterhadap
kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan dan pemberhentian sumber daya manusia agar
tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat.
Untuk
mengembangkan dan mengoptimalkan kapabilatas serta kinerjanya, diperlukan suatu
manajemen untuk mengelolanya. Manajemen tersebut biasanya disebut dengan
Manajemen Sumber Daya Manusia atau disingkat dengan MSDM. Manajemen Sumber Daya
Manusia dalam bahasa Inggris disebut dengan Human Resources Management (HRM)
sedangkan Departemen dalam organisasi yang mengelola Sumber Daya Manusia
disebut dengan Human Resouse Department atau disingkat dengan HRD.
DAFTAR
PUSTAKA
0 komentar :
Posting Komentar