Seleksi
Tenaga Kerja dan Penempatan
Nama
: Imam Darmanto
NPM :
23216457
Kelas :
4EB10
Mata
Kuliah :
Manajemen Sumber Daya Manusia
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2019
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Setelah
dilaksanakannya rekrutmen dalam manajemen sumber daya manusia, maka tahap
selanjutnya adalah seleksi dan penempatan. Melihat kenyataan di lapangan banyak
organisasi yang kurang memperhatikan fungsi seleksi dan penempatan ini.
Perencanaan dan pelaksanaan seleksi yang kurang matang akan mengakibatkan
fungsi seleksi dan penempatan kurang kredibel, alhasil pegawai yang diterima
kurang memenuhi standar kualifikasi minimal yang diinginkan sehingga
mengakibatkan melemahnya suatu organisasi karena kurangnya tanggung jawab
seorang pegawai terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini
dikarenakan dalam proses seleksi dan penempatan kurang memperhatikan
prosedur-prosedur seleksi dan penempatan.
Karyawan
merupakan sumber daya manusia yang diharapkan produktif dan karyawan
yang produktif adalah bukti paling baik suatu proses seleksi yang efektif. Oleh
karena itu agar proses seleksi berhasil efektif maka perlu memperhatikan
prosedur-prosedur, langkah-langkah, maupun syarat-syarat seleksi dan penempatan.
Proses seleksi
karyawan merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam keseluruhan
proses manajemen sumber daya manusia. Hal ini dikatakan karena apakah dalam
organisasi terdapat sekelompok karyawan yang memenuhi tuntutan organisasional
atau tidak sangat tergantung pada cermat tidaknya proses seleksi yang
dilakukan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
SELEKSI DAN PENEMPATAN TENAGA KERJA
Seleksi : proses
pencarian karyawan untuk menyeleksi calon tenaga kerja yang dianggap memenuhi
kriteria yang sesuai dengan karakter pekerjaan yang dilamar.Sasarannya :
membuat suatu rekomendasi untuk menolak atau menerima calon tenaga kerja
berdasarkan suatu dugaan tentang potensi-potensi dari calon tenaga kerja
untuk berhasil dalam bekerja. Dalam proses managerial ada suatu
aktivitas kerja membuat suatu rekomendasi untuk menolak atau menerima
calon tenaga kerja berdasarkan suatu dugaan tentang potensi- potensi dari calon tenaga kerja untuk berhasil dalam bekerja.
Kegiatan ini dikenal sebagai...
a. penempatan
b. seleksi
c. rekomendasi tenaga kerja
d. penilaian
calon tenaga kerja
e. penyaringan
tenaga kerja
Tugasnya
: mengevaluasi sebanyak mungkin kandidat untuk
menyaring dan memilih seseorang atau beberapa orang yang paling
memenuhi syarat kerja.
Penempatan :
menempatkan karyawan pada bidang pekerjaan yang dianggap sesuaidengan
kompetensi yang dimilikinya (pengetahuan, keterampilan dan keahlian).
Sasarannya : membuat suatu rekomendasi untuk mendistribusikan kandidat
pada pekerjaan berdasarkan suatu potensi-potensi yang dimiliki kandidat untuk berhasil pada pekerjaannya.
Tugasnya
: mengevaluasi kandidat untuk dicocokkan
antara kualifikasi yang dimiliki dengan persyaratan yang sudah
ditetapkan.
B. PROSES
SELEKSI
Proses seleksi
adalah serangkaian langkah kegiatan yang digunakan untuk memutuskan apakah
pelamar diterima atau tidak. Langkah-langkah ini mencakup pemaduan
kebutuhan-kebutuhan kerja pelamar dan organisasi. Dalam banyak departemen
personalia, penarikan dan seleksi digabungkan dan disebut Employment function.
Proses
seleksi adalah pusat manajemen personalia. Analisa jabatan, perencanaan
sumber daya manusia, dan penarikan dilakukan terutama untuk membantu seleksi
personalia.
1.
Masukan-masukan seleksi
Para manajer
personalia menggunakan proses seleksi untuk mengambil keputusan penerimaan
karyawan baru. Proses seleksi tergantung pada tiga masukan penting. Informasi
analisis jabatan memberikan deskripsi jabatan, spesifikasi jabatan dan
standar-standar prestasi yang diisyaratkan jabatan. Rencana-rencana sumber daya
manusia memberitahukan kepada manajer personalia bahwa ada lowongan pekerjaan.
Akhirnya, penarikan agar manajer personalia mendapatkan sekelompok orang yang
akan dipilih. Ketiga masukan ini sangat menentukan efektivitas proses seleksi.
Disamping itu,
manajer personalia harus menghadapi paling tidak tiga tantangan, yaitu
tantangan-tantangan suplai, ethis dan organisasional. Berbagai tantangan ini
sering menjadi kendala proses seleksi.
2. Tantangan-tantangan
Suplai
Semakin besar
jumlah pelamar yang “qualified” maka akan semakin mudah bagi departemen
personalia untuk memilih karyawan baru yang berkualitas. Dalam kenyataannya,
banyak lowongan jabatan, seperti kebutuhan manajer profesional sekarang ini,
sangat sulit dipenuhi. Keterbatasan suplai tersebut menyebabkan organisasi
tidak leluasa memilih calon karyawan terbaik.
3.
Tantangan-tantangan Ethis (etika)
Penerimaan
karyawan baru karena hubungan keluarga, pemberian komisi dan kantor penempatan
tenaga kerja, atau karena suap, semuanya merupakan tantangan bagi pengelola
organisasi. Bila standar-standar ethis ini dilanggar, karyawan baru mungkin
dipilih secara tidak tepat.
4.
Tantangan-tantangan Organisasional
Proses seleksi
bukan merupakan tujuan akhir, tetapi prasarana dengan mana organisasi berupaya
untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasarannya. Secara alamiah, organisasi
menghadapi keterbatasan-keterbatasan, seperti anggaran atau sumber daya lainnya
yang mungkin akan membatasi proses seleksi. Disamping itu, berbagai strategi,
kebijaksanaan dan taktik organisasi juga merupakan batasan-batasan.
Langkah-langkah
dalam peroses seleksi
1. Penerimaan
awal
Proses seleksi
merupakan jalur dua arah. Organisasi memilih para karyawan dan para pelamar
memilih perusahaan. Seleksi dimulai dengan kunjungan calon pelamar ke kantor
personalia atau dengan permintaan tertulis untuk aplikasi.
Bila pelamar
datang sendiri, wawancara pendahuluan dapat dilakukan. Ini akan sangat membantu
dalam upaya menghilangkan kesalahapahaman dan menghindarkan pencarian informasi
dari sumber tidak resmi (“jalan belakang”).
2. Tes
peneriman (ujian)
Tes-tes
penerimaan sangat berguna untuk mendapatkan informasi yang relatif obyektif
tentang pelamar yang dapat dibandingkan dengan para pelamar lainnya dan para
karyawan sekarang. Tes-tes penerimaan merupakan berbagai peralatan bantu yang
menilai kemungkinan padunya antara kemampuan, pengalaman dan kepribadian
pelamar dan persyaratan jabatan.
Agar tes dapat
meloloskan para pelamar yang tepat, maka ia harus valid. Validitas berarti
bahwa skor-skor tes mempunyai hubungan yang berarti (signifikan) dengan
prestasi kerja atau dengan kriteria-kriteria relevan lainnya.
Berbagai
Peralatan Tes
Ada
bermacam-macam jenis tes penerimaan. Setiap tipe tes mempunyai kegunaan yang
terbatas, dan mempunyai tujuan yang berbeda. Secara ringkas, berbagai tipe tes
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tes-tes
Psikologis (Psychological Test)
1, Test
kecerdasan (intelligence test) : Yang menguji kemampuan mental pelamar dalam
hal daya pikir secara menyeluruh dan logis.
2. Test
kepribadian (personality test) : Dimana hasilnya akan mencerminkan kesediaan
bekerja sama, sifat kepemimpinan dan unsur-unsur kepribadian lainnya.
3. Test bakat
(aptitude test) : Yang mengukur kemampuan potensial pelamar yang dapat
dikembangkan
4. Test minat
(interest test) : Yang mengatur antusiasme pelamar terhadap suatu jenis
pekerjaan.
5. Tes prestasi
(achievement test) : Yang mengukur kemampuan pelamar sekarang
2. Tes-tes
Pengetahuan (Knowledge Tests)
Yaitu bentuk tes
yang menguji informasi atau pengetahuan yang dimiliki para pelamar. Pengetahuan
yang diujikan harus sesuai dengan kebutuhan untuk melaksanakan pekerjaan.
3. Performance
Tests
Yaitu bentuk tes
yang mengukur kemampuan para pelamar untuk melaksanakan beberapa bagian
pekerjaan yang akan dipegangnya. Sebagai contoh, tes mengetik untuk calon
pengetik.
Selain harus
feasible penggunaan tes juga harus fleksibel. Hasil tes tidak selalu merupakan
langkah pertama atau terakhir dalam proses seleksi. Akhirnya, tes penerimaan
hanya merupakan suatu teknis di antara berbagai teknik yang digunakan dalam
proses seleksi, karena tes hanya dapat dilakukan terhadap faktor-faktor yang bisa
diuji secara mudah. Hal-hal yang tidak dapat diukur melalui pengujian mungkin
sama pentingnya.
Wawancara
seleksi
Wawancara
seleksi adalah percakapan formal dan mendalam yang dilakukan untuk mengevaluasi
hal dapat diterimanya atau tidak (acceptability) seorang pelamar. Pewawancara
(interviewer) mencari jawab dua pertanyaan umum. Dapatkah pelamar melaksanakan
pekerjaan? Bagaimana kemampuan pelamar dibandingkan dengan pelamar lain?
Wawancara
mempunyai tingkah fleksibilitas tinggi, karena dapat diterapkan baik terhadap
para calon karyawan manajerial atau operasional, berketerampilan tinggi atau
rendah, maupun staf. Teknik ini juga memungkinkan pertukaran informasi dua arah
: pewawancara mempelajari pelamar, dan sebaliknya pelamar mempelajari
perusahaan.
Wawancara
seleksi mempunyai dua kelemahan utama : reliabilitas dan validitas.
Bagaimanapun juga teknik wawancara penting dilakukan dalam proses seleksi
karena efektivitasnya dapat dipercaya dan mempunyai fleksibilitas.
Proses
Wawancara
Tahap-tahap
proses wawancara meliputi persiapan pewawancara, pengarahan atau penciptaan
hubungan, pertukaran informasi, terminasi dan evaluasi. Setiap tahap harus
dijalani agar wawancara berhasil.
Persiapan
pewawancara. Kegiatan persiapan ini mencakup penentuan sasaran wawancara,
pengembangan berbagai pertanyaan spesifik yang akan diajukan dalam proses
wawancara, penetapan tipe wawancara dan format pertanyaan, serta pengenalan
awal tentang pelamar dengan mempelajari blanko lamaran. Disamping itu, pewawancara
harus mampu menjelaskan tugas-tugas pekerjaan, standar prestasi, upah dan
tunjangan-tunjangan lain, dan bidang-bidang pekerjaan lainnya.
Pengarahan.
Setelah wawancara dimulai, pewawancara perlu menciptakan hubungan yang relaks
dengan pelamar dan suasana yang “enak”. Tanda kondisi ini pewawancara mungkin
tidak memperoleh gambaran yang lengkap dan jelas tentang potensi pelamar.
Pertukaran
Informasi. Inti proses wawancara adalah pertukaran informasi. Untuk membantu
menciptakan hubungan, banyak pewawancara mulai dengan bertanya kepada pelamar
bila ada pertanyaan-pertanyaan yang ingin diajukan. Ini menimbulkan komunikasi
dua arah dan memungkinkan pewawancara mulai untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada pelamar.
Terminasi. Bila
waktu wawancara yang tersedia habis, pewawancara perlu memberi isyarat bahwa
wawancara akan segera diakhiri, dalam hal ini sekali lagi komunikasi non verbal
sangat berguna.
Evaluasi. Segera
setelah wawacara berakhir, pewawancara harus mencatat jawaban-jawaban tertentu
dan kesan-kesan umum mengenai pelamar. Penilaian ini dapat menggunakan catatan
yang telah disiapkan secara standar. Penggunaan catatan atau daftar standar
akan meningkatkan reliabilitas wawancara sebagai teknik seleksi.
· Kesalahan-kesalahan
Wawancara
Ada berbagai
penyebab kesalahan atau perangkap dalam proses wawancara. Kegagalan untuk
mengatasi penyebab-penyebab kesalahan wawancara akan menurunkan efektivitas
wawancara. Berbagai bentuk kesalahan wawancara secara terinci dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Halo Effect
Kesalahan ini
terjadi bila pewawancara menggunakan informasi terbatas tentang pelamar untuk
berprasangka dalam evaluasi terhadap karakteristik-karakteristik lain pelamar.
Contoh, seorang pelamar yang mempunyai senyuman menarik (apalagi kalau cantik
atau ganteng) dan simpatik diperlakukan sebagai calon unggul sebelum wawancara
dimulai.
2. Leading
Questions
Kesalahan ini
akibat pewawancara mengirimkan telegram jawaban yang diinginkan
dengan cara memberi arah pertanyaan-pertanyaan wawancara.
Contoh
: apakah saudara setuju bahwa laba adalah penting ?
apakah
saudara akan menyenangi pekerjaan ini?
3. Personal
Biases
Kesalahan ini
merupakan hasil prasangka pribadi pewawancara terhadap kelompok-kelompok
tertentu.
Contoh : “saya
lebih menyukai personalia penjualan yang berbadan tinggi”
“ada
pekerjaan yang hanya pantas untuk pria dan ada pekerjaan yang hanya pantas
untuk
wanita”.
4. Dominasi
Pewawancara
Kesalahan ini
akibat pewawancara menggunakan waktu wawancara untuk “membual” kepada pelamar,
menyombongkan keberhasilan, atau melakukan percakapan sosial.
Contoh :
penggunaan waktu wawancara untuk menceritakan rencana-rencana perusahaan,
penggunaan waktu wawancara untuk memberitahukan bagaimana pentingnya pekerjaan
pewawancara.
1.
Pemeriksaan / penilaian referensi
-Bagaimana tipe
pelamar ?
-Apakah pelamar
adalah pekerja yang dapat dipercaya ?
-Bagaimana
sifat-sifat atau kepribadian pelamar ?
-Untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan ini, departemen personalia menggunakan berbagai
referensi.
Personal
references-tentang karakter pelamar-biasanya diberikan oleh keluarga atau
teman-teman terdekat yang ditunjuk oleh pelamar sendiri atau diminta
perusahaan. Bila referensi diserahkan secara tertulis, pemberi referensi
biasanya hanya menekankan hal-hal positif. Oleh karena itu, referensi pribadi
pada umumnya jarang digunakan.
Employment
references. Mencakup latar belakang atau pengalaman kerja pelamar. Banyak
spesifikasi personalia bersikap skeptis terhadap referensi-referensi tersebut,
karena dalam kenyatannya organisasi sangat jarang untuk mendapatkan referensi
yang benar.
2. Evaluasi
medis
Proses seleksi
ini mencakup pemeriksaan kesehatan pelamar sebelum keputusan penerimaan
karyawan dibuat. Pada umumnya, evaluasi ini mengharuskan pelamar untuk
menunjukkan informasi kesehatannya. Pemeriksaan dapat dilakukan oleh dokter
diluar perusahaan maupun oleh tenaga medis perusahaan sendiri. Evaluasi medis
memungkinkan perusahaan untuk menekan biaya perawatan kesehatan karyawan dan
asuransi jiwa, mendapatkan karyawan yang memenuhi persayaratan kesehatan fisik
untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu, atau memperoleh karyawan yang dapat
mengatasi stress fisik dan mental suatu pekerjaan.
3. Wawancara
atasan langsung/manajer
Atasan langsung
(penyelia) pada akhirnya merupakan orang yang bertanggungjawab atas para
karyawan baru yang diterima. Oleh karena itu, pendapat dan persetujuan mereka
harus diperhatikan untuk keputusan penerimaan final. Penyelia sering mempunyai
kemampuan untuk mengevaluasi kecakapan teknis pelamar dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari pelamar tentang pekerjaan tertentu secara lebih
tepat. Atas dasar ini banyak organisasi yang memberikan wewenang kepada penyelia
untuk mengambil keputusan penerimaan final.
Komitmen para
penyelia pada umumnya akan semakin besar bila mereka diajak berpartisipasi
dalam proses seleksi. Partisipasi mereka paling baik diperoleh melalui
supervisory interview. Dengan mengajukan serangkaian pertanyaan, penyelia
menilai kecakapan teknis, potensi, kesediaan bekerjasama, dan seluruh kecocokan
pelamar. Wawancara ini berguna sebagai suatu cara efektif untuk meminimumkan
pertukaran karyawan, karena karyawan telah dapat memahami perusahaan dan pekerjaannya
sebelum mereka mengambil keputusan untuk bekerja pada perusahaan.
4. Keputusan penerimaan
Apakah
diputuskan oleh atasan langsung atau departement personalia, keputusan
penerimaan menandai berakhirnya proses seleksi. Dari sudut pandangan hubungan
masyarakat (public relations), para pelamar lain yang tidak terpilih harus
diberitahu. Departemen personalia dapat mempertimbangkan lagi para pelamar yang
ditolak untuk lowongan-lowongan pekerjaan lainnya karena mereka telah melewati
berbagai macam tahap proses seleksi.
· Hasil
seleksi dan umpan balik
Hasil akhir
proses seleksi adalah orang yang diterima sebagai karyawan baru. Bila
masukan-masukan seleksi diperhatikan dengan seksama dan langkah-langkah dalam
proses seleksi diikuti secara benar, maka para karyawan baru akan merupakan
sumber daya manusia yang produktif. Dan karyawan produktif adalah bukti paling
baik suatu proses seleksi yang efektif.
Untuk
mengevaluasi baik karyawan baru maupun proses seleksi diperlukan umpan balik.
Umpan balik ini mungkin mencakup informasi tentang kepuasan karyawan,
perputaran dan absensi, prestasi kerja, kegiatan serikat kerja, atau sikap
penyelia. Umpan balik yang konstruktif diperoleh melalui diperoleh melalui
serangkaian pertanyaan tertentu. Bagaimana karyawan baru menyesuaikan diri
dengan organisasi? Bersikap terhadap pekerjaan? Terhadap karier dimana
pekerjaan merupakan salah satu komponen? Dan akhirnya, bagaimana karyawan
melaksanakan pekerjaan? Jawaban-jawaban untuk masing-masing pertanyaan tersebut
memberikan umpan balik tentang karyawan baru dan proses seleksi.
C. SYARAT-SYARAT
SELEKSI DAN PENEMPATAN
Seleksi dan
penempatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk mengetahui
apakah pelamar diterima atau ditolak, atau jadi tidaknya penempatan pekerja
pada posisi yang baru. Efektifitas fungsi seleksi dan penempatan ditentukan
oleh beberapa syarat penting dan informasi yang dibutuhkan
Syarat-syarat
yang dimaksud adalah
1.
Informasi analisis jabatan, yang memberikan
diskripsi jabatan, spesifikasi jabatan dan standar-standar prestasi yang
disyaratkan setiap jabatan;
2.
Rencana-rencana sumber daya manusia, yang
memberikan informasi kepada manager tentang tersedia / tidaknya lowongan
pekerjaan dalam organisasi;
3.
Keberhasilan fungsi rekrutmen, yang akan
menjamin manager bahwa tersedia sekelompok orang yang akan dipilih
D. TES
KEABSAHAN DAN BENTUKNYA
Tes validasi
adalah penentuan cakupan apakah suatu alat seleksi bersesuaian dengan syarat
pekerjaan. Dimana terdapat 3 strategi validitas, yaitu:
1. Empirical
Validation, ini dikenal dengan keabsahan kriteria (criterion validation) yang
menghendaki bahwa suatu angka test dalam pengertian statistik dapat
dikorelasikan secara signifikan dengan unsur penting dari performansi kerja.
Sehingga tes ini akan memakan waktu dan uang dan dapa menjadi tidak praktis
bagi organisasi yang mempekerjaan sedikit orang pada suatu klas pekerjaan.
2. Construct
Validation, adalah tes yang mengidentifikasikan ciri-ciri psikologis atau
ketangkasan yang dikaitkan dengan keberhasilan kinerja pekerjaan tersebut. Ini
membutuhkan jasa konsultan yang valid dan independen. Dan tes ini merupakan
metode pilihan untuk jabatan pemerintahan dalam rangka peningkatan
produktifitas dan kejelasan harapan kinerja.
3. Content
Validation, tes ini menuntut adanya kualifikasi minimum yang logis yang
dikaitkan dengan kewajiban dari jabatan yang akan ditempati, standar kinerja
realistik, ketrampilan, pengetahuan sesuai dengan SKAs. Tes ini juga dapat
digunakan untuk kriteria seleksi dan promosi dengan mengukur kinerja seorang
pekerja.
E. METODE
PENEMPATAN DAN SELEKSI
Dalam
proses seleksi adalah menetapkan kualifikasi minimal bagi suatu jabatan melalui
analisis jabatan ini berkaitan dengan metode-metode tertentu yang di untuk mengukur
kualifikasi-kualifikasi dari pelamar atau pekerja. Ada (9) metode
yang biasanya digunakan, yakni:
1. Tinjuan
Data Biografis
Tinjuan mengenai
pendidikan dan pengalaman dari seorang pelamar, melalui proses
seleksi. Sekalipun pendidikan dan pengalaman bukan merupakan kriteria yang
penting, tetapi bisa digunakan untuk tujuan-tujuan penting lain.
2. Tes
ketangkasan
Tes ketangkasan
tidak mahal secara relatif untuk di laksanakan dan dicatat, dengan
tingkat kepercayaan yang tinggi.
3. Tes
kemampuan
Tes ini
mengukur luasnya kemampuan umum atau ketrampilan-ketrampilan yang berkaitan
dengan tingkat kinerja pekerjaan melalui empirical atau construct
validation.
4. Tes
performansi
Semakin dekat
test kemampuan merangsang tugas-tugas pekerjaan dan konteks yang aktual. Test
tersebut semakin menjadi test performansi.
5. Referensi
Referensi
merupakan metode seleksi yang penting, dipakai untuk memeriksa pendidikan dan
riwayat-riwayat atau untuk memperoleh keterangan tentang kepribadian atau
ketrampilan pelamar.
6. Evaluasi
performansi
Evaluasi
performansi sebelumnya sering di pakai untuk menilai potensi bagi penugasan
kembali atau promosi, atau bahkan persyaratan bagi lowongan promosi tertentu.
7. Wawancara
Wawancara-wawancara
akan memberikan kesempatan kepada organisasi untuk mengamati kinerja atau
penampilan seorang pelamar dan ketrampilan-ketrampilan antar perorangan, dan
untuk menanyakan hal-hal yang tidak di muat dalam from-from lamaran.
8. Pusat-pusat
penilaian
Pusat-pusat
penilaian berusaha untuk memperkenalkan beberapa pelamar dengan
keadaan-keadaan kerja yang merangsang supaya menekankan kinerjanya
pada tugas-tugas yang berkaitan dengan pekerja.
9. Masa
percobaan
Masa percobaan
memiliki faktor validitas dan reliabilitas yang mungkin tinggi karena metode
ini mengukur kinerja aktual pada kerja.
F. Kendala
Dalam Memilih Metode Seleksi Dan Penempatan
Beberapa
kesulitan dan kendala dalam memilih diantara kesembilan metode seleksi dan
penempatan, yaitu:
1.Tingkat
validitas yang berbeda dan keterkaitan kerja yang berbeda;
2. Masing-masing
metode mempunyai tingkat reliabilitas atau kekonsistenan angka bagi seorang
pelamar dibandingkan waktu.
3. Metode
tersebut mempunyai tingkat biaya yang bervariasi, dari yang mulai tidak mahal
hingga biaya yang sangat mahal.
4 Orientasi
nilai (efiensi, kepentingan, keadilan) dari sebuah organisasi juga mempengaruhi
dalam pemilihan metode seleksi dan penempatan.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Seleksi adalah
metode dan prosedur yang dipakai oleh bagian personalia (perusahaan) waktu
memilih orang untuk mengisi lowongan pekerjaan. Dalam seleksi dan penempatan
sangat ditentukan syarat-syarat penting yang dapat menjadikan efektifitas
fungsi seleksi dan penempatan. Syarat-syarat yang dimaksud adalah informasi
analisis jabatan, rencana-rencana sumber daya manusia dan keberhasilan fungsi
rekrutmen.
Dalam proses
seleksi adalah menetapkan kualifikasi minimal bagi suatu jabatan melalui
analisis jabatan, hal ini berkaitan dengan metode-metode tertentu untuk
mengukur kualifikasi-kualifikasi dari pelamar atau pekerja, dalam hal ini
biasanya ada sembilan metode yang digunakan yakni:
(1) tinjauan
data biografis, (2) tes ketangkasan, (3) tes kemampuan, (4) tes performansi,
(5) referensi,(6) evaluasi performansi, (7) wawancara, (8) pusat-pusat
penilaian, (9) masa percobaan.
Dalam seleksi
penerimaan pegawai baru juga harus melalui tahapan-tahapan, langkah yang dapat
ditempuh mulai dari penerimaan awal, ujian, wawancara, penilaian referensi,
evaluasi medis, wawancara oleh manajer, pengambilan keputusan. Setelah proses
seleksi dilalui langkah selanjutnya yaitu penempatan, dimana dalam hal ini
seorang pegawai baru akan ditempatkan pada posisi-posisi tertentu dengan
tanggung jawab yang tertentu pula. Penempatan ini tidak hanya berlaku bagi
karyawan baru, tetapi berlaku pula bagi karyawan lama.
REFERENSI :